Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu Tapi azan Masjid Al-Aqsa yang merdu Serasa terdengar di telingaku Bait di atas merupakan potongan puisi berjudul “Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu” karya Taufik Ismail. Puisi ini berhasil menghipnotis puluhan kepala negara ketika dibacakan pada jamuan makan malam kenegaraan jelang KTT Luar Biasa soal Palestina dan Al-Quds Al-Syarif di Jakarta, pada 6 Maret 2016. Puisi tersebut menceritakan tentang Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam yang terus dihinakan oleh Zionis melalui agenda Yahunisasi yang mereka lakukan, yang hingga detik ini tidak kunjung usai.[1] Masjid Al-Aqsa merupakan sebutan untuk kompleks suci seluas 35 hektar yang terletak di Kota Tua Al-Quds. Al-Aqsa merupakan masjid yang istimewa, bahkan kelebihan masjid ini langsung disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 1. سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Kompleks Masjid Al-Aqsa Sumber Ayat tersebut mengisahkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram, menuju Masjid Al-Aqsa, kemudian menuju ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh tempat singgasana Allah berada. Peristiwa tersebut terjadi tidak lama setelah hijrahnya Rasulullah ke Madinah yaitu pada 27 Rajab tahun ke-7 Hijriyah. Di dalam ayat ini, dijelaskan bahwa dipilihnya Masjid Al-Aqsa sebagai tempat pijakan Rasulullah sebelum Mi’raj bukanlah tanpa alasan. Al-Aqsa dipilih karena berbagai keutamaan, terutama keberkahannya. Secara bahasa, kata barakah memiliki arti kebahagiaan, pertumbuhan, dan kenikmatan, sedangkan secara istilah, barakah memiliki arti keberkahan yang membawa kekuatan untuk mendapatkan kelapangan hidup dan adanya nilai tambah berupa amal saleh yang memberikan dampak positif terhadap kehidupan. Di dalam tafsir Al-Munir, keberkahan Al-Aqsa yang dimaksud pada ayat ini adalah keberkahan agama dan keberkahan dunia. Keberkahan agama karena Al-Aqsa merupakan tempat para nabi alaihimussalam berdoa, sedangkan keberkahan dunia karena wilayahnya dikelilingi oleh sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang menjadi sebab berlangsungnya kehidupan. Akan tetapi, kata barakah yang mendefinisikan kebahagiaan, kenikmatan, dan kebaikan tersebut pada kenyataannya tidak sejalan dengan apa yang terjadi di Masjid Al-Aqsa seperti yang tergambar pada potongan puisi Taufik Ismail. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki Bagai kelakuan reptilia bawah tanah Dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua Serasa runtuh lantai papan surau Tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan Yang air gunungnya bening kebiru-biruan Kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Al-Aqsa telah menjadi wilayah yang diperebutkan sejak waktu yang sangat lama. Pada 1947, PBB menetapkan Partition Plan yang membagi wilayah Palestina menjadi dua, yaitu 55 persen untuk umat Yahudi, sementara umat Islam hanya mendapatkan 45 persennya. Sementara itu, kota Al-Quds yang merupakan tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa diberikan status khusus di bawah naungan PBB dengan alasan “merupakan situs penting bagi tiga agama”. Pada 1948, perang Arab-Israel pecah. Israel yang memenangkan pertempuran merebut 78 persen wilayah Palestina. Pada tahun itu juga, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai “negara” yang berdiri di atas tanah negara lain, tanah Palestina. Pada 1967, perang Arab-Israel 2 kembali pecah, Israel mengambil kendali atas Al-Quds Timur, termasuk Kota Tua dan Masjid Al-Aqsa. Sejak itu, Israel semakin gencar mengusir penduduk Palestina, terutama di Al-Quds, dengan memberlakukan kondisi yang sulit bagi mereka. Penduduk Palestina yang lahir di Al-Quds tidak pernah diberikan status kewarganegaraan, lain halnya dengan orang Israel yang lahir di sana. Hal tersebut dilakukan guna memudahkan mereka untuk mengusir penduduk dari rumahnya, kemudian menjadikannya tempat untuk membangun permukiman Israel. Pada 1969, Masjid Al-Aqsa dibakar oleh zionis, mengakibatkan hangusnya mimbar kayu hadiah dari Shalahuddin Al-Ayyubi. Tak hanya membakar, zionis juga menghalangi penduduk yang berusaha memadamkan api dengan cara memutus aliran pompa dan selang air, serta tidak mengizinkan mobil pemadam kebakaran untuk masuk dan memadamkan api.[2] Setelah itu, pada 1980, Israel dengan lancangnya mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa Al-Quds merupakan ibu kota Israel. Pernyataan ini ditentang oleh dunia internasional karena dianggap telah melanggar hukum internasional. Akan tetapi, usaha Israel untuk berusaha menguasai Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa tidak pernah berhenti. Yahudinisasi terus dilancarkan. Para pemukim terus memasuki Al-Aqsa dengan perlindungan dari tentara Israel. Semakin hari, jumlah mereka semakin banyak, mengganggu ibadah umat Islam dengan tindakan-tindakan provokatif, salah satunya dengan membaca kitab talmud ketika umat Islam sedang beribadah. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina mengatakan bahwa sepanjang 2021, sebanyak pemukim Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa, dan jumlah ini terus bertambah dari waktu ke waktu. Tak hanya menyerang secara verbal, Israel juga seringkali melakukan penyerangan fisik terhadap penduduk Palestina di Al-Aqsa. Mereka menangkap para Murabithah, perempuan penjaga Masjid Al-Aqsa, kemudian menjebloskan mereka ke penjara tanpa alasan dalam jangka waktu yang lama. Bahkan anak-anak pun diserang dengan peluru hanya karena bermain bola salju di sekitar kompleks Al-Aqsa.[3] Namun, meski akses ke Masjid Al-Aqsa tidak mudah, hal tersebut tidak pernah menyurutkan semangat penduduk Palestina untuk beribadah di masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam ini. Suasana Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa Sumber Al-Qastal Pada momen Pekan Al-Aqsa Internasional ini, kita kembali diingatkan bahwa hingga kini zionis masih berusaha menghinakan Masjid Al-Aqsa dengan berbagai upaya Yahudinisasi yang mereka lakukan, menutupi keberkahan Al-Aqsa yang seharusnya bisa dirasakan oleh setiap orang. Ingatlah bahwa Masjid Al-Aqsa tidak membutuhkan kita karena Allah sendiri yang menjaganya, tapi kitalah yang butuh untuk terus menjaga Al-Aqsa, agar kelak kita dapat bersaksi di hadapan Allah bahwa kita peduli dan tidak meninggalkan Al-Aqsa sendiri. [1] Baca kisah lainnya dalam [2] Selengkapnya di [3] Selengkapnya di Salsabila Safitri, Penulis merupakan Staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI. Sumber *** Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina. Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina. Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
AlJamaahTVLike, subscribe, share, and comment untuk membangun Channel Al Jama'ah TV SUBSCRIBE di sini untuk belajar LEBIH tentang Islam: https://www.youtu
- Puisi Taufik Ismail berjudul Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu mengisahkan tentang kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsa, yang kini dikuasai Israel walau berstatus quo. Puisi Taufik Ismail ini mengingatkan soal penyerbuan dan pembakaran oleh Israel di Masjidil Aqsa. Puisi tersebut digubah oleh Taufik Ismail pada tahun 1989, ketika Israel melakukan agresi militer terhadap rakyat Gaza, yang menewaskan wanita dan anak-anak dalam peristiwa Intifada pertama. Berikut teks puisi Taufik Ismail - Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu Baca Juga Tradisi Menyambut Bulan Sya'ban Dijamin Rindu Kampung Halaman Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozerdengan suara gemuruh menderu, serasa pasirdan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah. Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kamiIndonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patahakan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar. Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi Allahu Akbar! danBebaskan Palestina! Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalahlaquwwatta illa bi-Llah!’Puisitersebut ia beri judul "Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu". Gubernur DKI Jakarta (terpilih) Anies Bawesdan yang mengaku masih mahasiswa saat tahun 1989 mewawancarai Taufik Ismail, mengunggah puisi tersebut lewat akun instagramnya, sehari lalu. Ia mencuplik beberapa bait puisi yang menyayat hati dan membuat netizen menangis tersebut.