Denganmenggunakan analisis wacana puitik yang merupakan analisis ketidaklangsungan ekspresi puisi yang dikaji dengan menganalisis penggantian arti, penciptaan arti dan penyimpangan arti yang terdiri dari ambiguitas dan kontradiksi, dapat mempermudah dalam mengetahui tema dan amanat dalam puisi "Pahlawan Tak Dikenal" karya Toto Sudarto
Siapakah STA atau Sutan Takdir Alisyahbana itu? - Sedang mencari informasi siapakah STA atau Sutan Takdir Alisyahbana Sob?Sutan Takdir Alisjahbana, atau yang lebih familier disebut dengan singkatan STA, adalah termasuk sastrawan angkatan Pujangga Baru. STA adalah sastrawan yang lahir di Natal, Sumatera Utara, pada 11 Februari 1908. Dia merupakan peletak dasar tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu sastrawan terkenal di Indonesia. Dimasa pendidikannya, STA bersekolah di Hogere Kweekschool di Bandung, kemudian melanjutkan ke Hoofdacte Cursus di Jakarta yang waktu itu masih bernama Batavia. Di Jakarta itulah STA melihat iklan lowongan pekerjaan untuk Balai Pustaka, yang waktu itu merupakan biro penerbitan pemerintah administrasi Belanda. Ia melamar ke sana dan diterima, dan sejak itulah ia memulai pergaulan dengan para intelektual Hindia Belanda. Salah satu rekan dekatnya waktu itu adalah Armijn Pane, yang akhirnya juga menjadi sastrawan besar Indonesia. Ketika Jepang menduduki Indonesia, STA menjadi penulis ahli yang menjabat sebagai ketua Komisi Bahasa. Dalam jabatannya itulah ia melakukan modernisasi bahasa Indonesia, sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa. Dialah yang pertama kali menulis Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia pada 1936, yang kemudian digunakan di negeri ini hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. So, jadi lebih mengenal STA kan Sob? Berikut 5 Puisi STA Sutan Takdir Alisyahbana yang bisa Sobat simak dan analisa kedalaman maknanya. BERGUNDAH HATI Di atas tebing duduk seorang kelana Memandang arah ke tengah lautan Dalam hatinya, gundah gulanaTeringat kampung dengan halaman Pandangnya dilayangkan arah ke baratTerlihat surya hampir terbenam Sebab pun kelana, jadi melaratMenurutkan hati yang remuk redam Melihat surya, hampir beradu, Cahayanya laksana emas perada Hati kelana bertambah rindu Terkenanglah ayah beserta bunda Kelana duduk, hati bercinta Suara hati rasa terdengar Wahai kelana muda juita Hendaklah engkau berhati sabar Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kumintaDan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakanBerjuta tahun, tak berhingga lamanyaEngkau terus menerus mencipta berbagai ragamTuhan, pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat iniDari berjuta-juta tahun kemahakayaan-MuSetetes air dalam samudra tak bertepiAlangkah kikirnya Engkau, dengan kemahakayaan-MuDan Tuhanku, dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayamBersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinanTerus menerus limpah ruah Engkau curahkanMeski kuinsyaf, kekecilan dekat dan kedaifankuDi bawah kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-MuDengan tenaga imajinasi Engkau limpahkanAku dapat mengikuti dan meniru permainan-MuGirang berkhayal dan mencipta berbagai ragamTerpesona sendiri menikmati keindahan ciptaanku Aahh, TuhanDalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahaya-MuMenyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasih-muAku, akan memakai kesanggupan dan kemungkinanSebanyak dan seluas itu Kau limpahkan kepadakuJauh mengatasi mahluk lain Kau cipatakanSebagai khalifah yang penuh menerima sinar cahaya-MuDalam kemahaluasan kerajaan-MuTak adalah pilihan, dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan menciptaDengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwaTidak tanggung tidak alang kepalang Ya Allah Ya RabbiSekelumit hidup yang Engkau hadiahkandalam kebesaran dan kedalaman kasih-Mu, tiada berwatasakan kukembangkan, semarak, semekar-mekarnyasampai saat terakhir nafasku Kau relakanKetika Engkau memanggilku kembali kehadirat-MuKe dalam kegaiban rahasia keabadian-MuDimana aku menyerah tulus sepenuh hatiKepada keagungan kekudusan-Mu,Cahaya segala cahaya Toya Bongkah, 24 April 1989 IEngkau mencari Tuhanmu di malam kelamBila sepi mati seluruh bumiBila kabur menyatu segala warnaBila umat manusia nyenyak terhenyakDalam tilam, lelah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian! Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terangBila dunia ramai bergerakBila suara memenuhi udaraBila nyata segala warnaBila manusia sibuk bekerjaHati jaga, mata terbukaSebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja Aku berbisik dengan Tuhankudalam kembang bergirang ronaAku mendengar suara Tuhankudalam deru mesin terbang diatas kepalakuAku melihat Tuhankudalam keringat ngalir orang sungguh bekerja IIBerderis decis jelas tangkasTangan ringan tukang pangkasMenggunting ujung rambutkuJatuh gugur bercampur debu Aku melihat Tuhanku AkbarUjung rambut di tanah terbabarTeman, aku gila katamu?Wahai, kasihan aku melihatmu Mempunyai mata, tiada bermataDapat melihat, tak pandai melihatSebab beta melihat Tuhan di-mana2Diujung kuku yang gugur diguntingPada selapa kering yang gugur ke tanahPada matahari yang panas membakar 19 Oktober 1937 SELALU HIDUPDan ketika aku melihat dari kebunku kebawahke sawah tunggul jerami di tanah yang rekah,dan dari sana memandang ke bukit kering merana,terus ke hutan hijau dibaliknya,sampai ke gunung yang permai bersandar di langit biru,maka masuklah bisikan kedalam hatikuHidup ialah maju bergerak,selalu, selalu maju bergerak,gembira berjuang dari tingkat yang satu ke tingkatyang lain.………………………………….. Topan, datanglah engkau menyerang!Malang, datanglah engkau menghalang!Kecewa, engkaupun boleh datang mendera!Badanku boleh terhempas ke bumi!Hatiku boleh hancur terbentur!Wahai, teman, besi baja yang kerashanya dapat ditempa dalam api yang Tuhan,berikan aku api senyala-nyalanya! Tiap-tiap beta keluar dari nyalamu,terlebur dalam bakaran apimu,nampak kepada betaDunia bertambah jelita!Diriku bertambah terkurnia!Dan engkau, Tuhan, bertambah mulia! HIDUP DI DUNIA HANYA SEKALI Mengapa bermenung mengapa bermurung?Mengapa sangsi mengapa menanti?Menarik menunda badai dahsyatseluruh buana tempat ngembaraRia gembira mengejar berlarianak air di gunung tinggimemburu ke laut sejauh dapatLihat api merah bersoraknaik membubung girang marakmengutus asap ke langit tinggi! Mengapa bermenung mengapa bermurung?Mengapa sangsi mengapa menanti?Hidup di dunia hanya sekaliJangkaukan tangan sampai ke langitMasuk menyelam ke lubuk samudraOyak gunung sampai bergerakBunyikan tagar berpancar sinarEmpang sungai membanjiri bumiAduk laut bergelombang gunungGegarkan jagat sampai berguncangJangan tanggung jangan kepalang Lenyaplah segala mata yang layuBersinarlah segala wajah yang pucatGemuruhlah memukul jantung yang lesuGelisahlah bergerak tanganTerus berusaha selalu bekerja PunahPunahlah engkau segala yang lesuAku hendak melihatapi hidup dahsyat bernyala,menyadar membakar segala hendak mendengarjerit perjuangan garang menyeranglangit terbentang hendak hendak mengalamibumi berguncang orang berperangUrat seregang mata menantang 12 Januari 1938
  1. Էщըյխγθዡ ξխхጋ
  2. ሖկ ኧ

Poetry"Menuju ke Laut" karya Sutan Takdir Alisjahbana. dari angin dan topan. dari mimpi yang nikmat. di gelanggang biru di tepi langit. Selalu berjuang tiada reda. gunung pelindung rasa pengalang. Menyerang segala apa mengadang. terhempas berderai mutiara bercahaya. dahsyat bahna suara menang.

Biografi Sutan Takdir Alisyahbana Sutan Takdir Alisyahbana selanjutnya disingkat STA dilahirkan di Natal, Tapanuli, Sumatera Utara pada tanggal 11 Februari 1908. STA adalah anak kedua dari dua belas bersaudara. Ibunya asli orang Natal tetapi bukan dari suku Mandailing atau Batak melainkan dari suku Minangkabau. Ayahnya berdarah Jawa, bernama Raden Alisjahbana, gelar Sutan Arbi. Gelar “Raden” itu suatu ketika diakui oleh Kesultanan Yogyakarta. Sang ayah adalah seorang guru yang juga bekerja sebagai penjahit, pengacara tradisional, ahli reparasi jam serta pemain sepakbola. Sementara itu, kakeknya dari garis ayah, Sutan Mohamad Zahab, adalah ulama besar dengan pengetahuan agama dan hukum yang mendalam. Semasa hidupnya, STA mempunyai tiga istri. Dari ketiga istrinya itu ia kemudian menjadi ayah dari sembilan anak. Pada masa kanak-kanak STA sempat merasa malu oleh ejekan temantemannya. Dia lahir dengan empat jari di tangan kiri yang cacat karena itu ia diberi nama “Takdir”. Dengan cacatnya itu, seperti dituturkan Tamalia Alisyahbana putri STA pada peringatan 100 tahun kelahiran STA, ia selalu menyembunyikan tangannya di kantong atau dengan sapu tangan Cerita Sampul, Majalah TEMPO Edisi 25 Februari 2008. Umur empat tahun STA meninggalkan Natal dan mengikuti ayahnya yang pindah ke Bengkulu. “Ayah saya guru SD di Semangka yang terletak di Teluk Semangka. Dia lalu pindah ke Curup, lalu ke Kerkap kira-kira 25 kilometer dari Bengkulu. Di Kerkap itulah saya sekolah di Hogere Indische School HIS Bengkulu,” tutur STA pada suatu ketika Cerita Sampul, Majalah TEMPO Edisi 25 Februari 2008. Waktu itu Bengkulu menjadi tempat orang buangan, termasuk para bangsawan dari tanah Jawa seperti Sentot Prawirodirdjo, salah seorang panglima pasukan Pangeran Diponegoro. Ayah STA sendiri diangkat sebagai penjaga makam Sentot. Walau kiriman uang dari ayahnya selalu terlambat dan tak punya buku, pendidikannya berjalan lancar. Setamat dari HIS pada 1921 STA melanjutkan pendidikan di Kweekschool Bukittinggi dan lulus pada 1925. Pada 1925 ia dikirim ke Hogere Kweekschool di Bandung setahun sebelum menamatkan kelas terakhir. Lalu STA masuk Hoofdacte Cursus Jakarta yang merupakan sumber kualifikasi tertinggi bagi guru di Hindia Belanda pada saat itu. Gelar meester in de rechten Mr ia raih dari sekolah tinggi kehakiman Rechtshogeschool Jakarta pada tahun 1941. Ia sempat pula menempuh pendidikan di Letterkundige Fakulteit Jakarta pada tahun 1942. Di Jakarta, terutama ketika bekerja untuk Balai Pustaka, STA bertemu dengan banyak intelektual Hindia Belanda pada masa itu, baik intelektual pribumi maupun yang berasal dari Belanda. Salah satunya menjadi rekan terdekatnya adalah Armin Pane. Setelah Indonesia merdeka STA berkesempatan memperluas cakrawala intelektual dengan belajar filsafat ke Jerman, Belanda, Prancis, Amerika Serikat, dan Jepang. Pada 1948 STA pergi ke Amsterdam untuk menghadiri Kongres Filsafat. Karier sebagai sastrawan telah ia mulai sejak usia remaja. Karangan pertamanya, Tani Briefen Surat Petani dimuat di majalah Jong Soematera. Ketika itu STA berumur 15 tahun dan duduk di bangku kelas tiga sekolah guru di Muara Enim. Novel pertamanya Tak Putus Dirundung Malang 1929 diselesaikan di Bandung setelah dia menderita sakit jantung selama tiga bulan dan diterbitkan Balai Pustaka dengan honor 250 gulden. Salah satu karyanya yang terkenal adalah novel Layar Terkembang 1936 yang bercerita tentang emansipasi wanita, disusul Grotta Azzura 1979 serta Kalah dan Menang 1978 yang berbicara masalah filsafat kebudayaan. Mengomentari Kalah dan Menang dalam sebuah artikel di majalah Tempo edisi Oktober 1978, Poeradisastra mengatakan belum pernah ada sebuah roman Indonesia yang mengambil tema sebesar dan seluas roman STA. Roman itu memuat sejumlah tokoh bersejarah yang benar-benar ada, meski ditransmutasikan memakai nama-nama lain. Selain prosa, STA banyak menulis puisi, antara lain Tebaran Mega kumpulan sajak, 1935, Lagu Pemacu Ombak kumpulan sajak, 1978, dan Perempuan di Persimpangan Zaman kumpulan sajak, 1985. Di bidang sastra STA adalah tokoh angkatan Pujangga Baru. Ia menerbitkan sekaligus memimpin majalah Pujangga Baru, majalah Indonesia pertama untuk bidang sastra dan budaya. STA menolak sastra lama yang berupa pantun dan syair, dan menawarkan sastra baru berupa soneta. “Kita buang dan lupakan saja sastra lama dan kita bangun sastra yang baru,” ujarnya. Ketika memimpin Panji Pustaka, ia mengadakan gerakan “Sastra Baru” pada 1933. Berlatar pendidikan guru, STA pernah selama setahun menjadi guru HKS di Palembang 1928-1929. STA juga menjadi dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di Universitas Indonesia mulai tahun 1946 hingga tahun 1948. Ia juga menjadi guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional Jakarta semenjak tahun 1950 sampai tahun 1958. STA pernah menjadi guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas Padang 1956-1958, dan Guru Besar serta Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya Kuala Lumpur 1963-1968. Sejak 1968 hingga 1990-an ia menjadi Rektor Universitas Nasional Jakarta. Dari 1970-1994 ia menjadi Ketua Akademi Jakarta. STA pernah menjabat Direktur Balai Seni Toyabungkah, Bali 1973-1994 dan pemimpin umum majalah Ilmu dan Budaya 1979-1994. STA sempat pula terjun di gelanggang politik sebagai anggota Partai Sosialis Indonesia PSI, anggota parlemen 19451949, anggota Komite Nasional Indonesia, dan anggota Konstituante 1950-1960. “Saya duduk di Konstituante mewakili Sumatera Selatan dari PSI. Di Konstituante ada perdebatan saya dengan Mohammad Natsir dari Masyumi. Waktu itu saya mempertahankan sosialisme yang demokratis. Sosialisme demokrat menghendaki negara demokrasi yang sekuler. Manusia bebas beragama,” tutur STA Cerita Sampul, Majalah TEMPO Edisi 25 Februari 2008. Ia juga menjadi anggota organisasi internasional, termasuk Masyarakat Linguistik Paris Societe de Linguistique de Paris dan Komisi Internasional untuk Pengembangan Ilmiah dan Budaya Manusia dan Studi Kemanusiaan UNESCO. Berbagai penghargaan pernah ia terima, termasuk Satyalencana Kebudayaan RI pada 1970. Dari Kaisar Jepang Hirohito, STA menerima Bintang Tanda Jasa Harta Suci pada 1987. Ia dinilai berjasa dalam meningkatkan hubungan persahabatan IndonesiaJepang dan ikut mendirikan Pusat Studi Jepang serta membuka Jurusan Bahasa Jepang di Universitas Nasional. Republik Federal Jerman juga pernah memberinya tanda jasa. Takdir juga menerima doctor honoris causa dari Universitas Indonesia pada 1979 dan Universiti Sains Penang, Malaysia pada 1987. Satu ciri STA yang melekat dalam sejarah hidupnya adalah keteguhannya pada pemikirannya, bahkan juga melaksanakan gagasan itu dalam bentuk kerja nyata. Kegelisahannya mengenai bahasa tidak hanya berwujud pada kata-kata. Sebagai ahli bahasa, ia yang pertama kali menulis buku Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia 1936 dan Kamus Istilah. Ketika STA menjabat Ketua Komisi Bahasa pada masa pendudukan Jepang, ia melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa. Masih dalam rangka pengembangan bahasa, STA menerbitkan dan memimpin majalah Pembina Bahasa, mencetuskan Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo, dan pada akhir 1960-an dia menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia dan penggagas Konferensi Pertama Bahasa-bahasa Asia. Di usia senjanya, 85 tahun, beberapa bulan sebelum meninggal dunia, STA direpotkan dengan kemelut di kampus yang dipimpinnya sejak 1968 itu. Dianggap sudah tua dan terlalu lama memimpin Universitas Nasional, salah seorang pengurus yayasan, Oesman Rachman dan kawan-kawan mencoba “menggusurnya”. Bahkan, Oesman sempat mengangkat diri menjadi pejabat rektor. Akibat konflik yang berlarut-larut itu, di universitas swasta tertua di Indonesia itu sempat muncul dua kepemimpinan, bahkan dosen dan mahasiswa sempat terkotakkotak. Kemelut itu berakhir di pengadilan dan pihak STA menang. Ketua majelis hakim, Haslim Hasyim dari Pengadilan Jakarta Selatan, dalam amar putusannya pada Februari 1994 memerintahkan agar kampus itu dikosongkan dan segera diserahkan kepada Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan YMIK yang dipimpin Sutan Takdir Alisyahbana. Di luar dunia pemikiran dan tema-tema besar STA gemar berkebun. Kegemaran ini dilakoninya sejak masih muda. Karena itu, tak heran jika rumahnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dilengkapi dengan kebun yang luas. Di sana ada durian, nanas, kedondong, jeruk. Setiap pagi sebelum masuk kantor pada pukul ia jalan-jalan di kebun rumahnya sambil mengontrol ikan-ikan di kolam. Begitu pula balai seni yang didirikannya pada 1973 di Toyabungkah, Danau Batur, Bali, diasrikan dengan kebun dan sawah yang dikerjakan oleh penduduk setempat. Setiap bulan, kala itu, di luar kesibukan rutinnya sebagai Rektor Universitas Nasional, ia menyempatkan diri terbang ke Bali untuk mengunjungi kebunnya. Balai Seni Toyabungkah ini didirikan dengan biaya yang ia peroleh dari uang ganti rugi kecelakaan dari pesawat SAS. Kampus tempat dia menjabat rektor sejak 1968, Unversitas Nasional, tak lupa juga “dikebunkan”. Bahkan, para mahasiswanya dikerahkannya untuk membuat pencangkokan dan pembibitan berbagai jenis tanaman. Suatu ketika, kepada Tempo, STA mengatakan, “Indonesia ini negeri yang kaya dan subur. Menanam apa pun bisa tumbuh. Tanamlah apa saja. Asal menanamnya benar, tentu menghasilkan banyak uang” Cerita Sampul, Majalah TEMPO Edisi 25 Februari 2008. STA meninggal pada 17 Juli 1994 di Jakarta. Sampai akhirnya hayatnya, ia belum mewujudkan cita-cita terbesarnya menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di kawasan Asia Tenggara. Padahal bahasa itu pernah menggetarkan dunia linguistik saat dijadikan bahasa persatuan untuk penduduk di 13 ribu pulau di Nusantara. Ide besarnya untuk menyatukan ejaan Indonesia dengan Malaysia pun belum terwujud. STA pernah mengatakan pada 1971 bahwa usaha menyatukan ejaan itu harus diteruskan. Sebab, menurut STA, jika peraturan ejaan ini sudah terlaksana, bukan hanya merupakan langkah penting ke arah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Asia Tenggara tetapi juga akan mempermudah penerjemahan buku-buku.[1] Pengertian Pendekatan Struktural Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat di gali dari karya itu sendiri. [2] Pada dasarnya kajian struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antara berbagai unsur karya sastra, dalam hal ini prosa fiksi yang secara bersama mengahasilkan sebuah kemenyeluruhan. Kajian struktual tidak cukup kalua hanya sekedar mendata unsur tertentu pada sebuah karya prosa fikis, misalnya peristiwa, alur, tokoh, latar, atau yang lainnya. Namun yang lebih penting adalah menunjukan bagiamna antar unsur itu, atau sumbangan apa saja yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kajian structural adalah sebuah pengkajian terhadap suatu karya sastra prosa fiksi yang bertujuan untuk memaparkan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra. Pada intinya pendektan struktural ialah membahas unsur-unsur intrinsik pada sebuah karya sastra.[3] Unsur puisi ada dua yaitu unsur batin puisi dan struktur fisik puisi yang meliputi Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut. Tema atau Makna Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Rasa Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Nada tone Sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca. Amanat Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut Perwajahan puisi tipografi Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Diksi Pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Imaji Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara auditif, imaji penglihatan visual, dan imaji yang bisa dirasakan, raba atau sentuh imaji taktil. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Kata kongkret Kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan. Bahasa figurative Bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu Soedjito, 1986128. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna Waluyo, 198783. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. Rima Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Analisis pada Puisi Api Suci Karya Sutan Takdir Alisyahbana Api Suci Selama nafas masih mengalun, Selama jantung masih memukul, Wahai api bakarlah jiwaku, Biar mengaduh biar mengeluh. Seperti wajah merah membara Dalam bakaran Nyala Raya, Biar jiwa habis terlebur, Dalam kobaran Nyala Raya. Sesak mendesak rasa di kalbu, Gelisah liar mata memandang, Di mana duduk rasa dikejar. Demikian rahmat tumpahkan selalu, Nikmat rasa api menghangus, Nyanyian semata bunyi jeritku. Bentuk dan Struktur batin puisiTema Tema yang diangkat Sutan Takdir Alisyahbana pada puisi “Api Suci” yaitu tema Doa memohon ketegaran jiwa sesuai dalam kutipan /wahai api, bakarlah jiwaku/, sehingga puisi ini termasuk puisi yang ditujukan seseorang yang sedang mengadu kepada pencipta-Nya,karena kegalauan dan ingin bangkit lagi dari kegelisahan hatinya. Rasa Rasa yang ada pada puisi ini adalah rasa ingin selalu bersemangat, meskipun jiwanya telah habis terlebur, ia tetap ingin mengobarkan semangatnya. Nada Nada yang muncul pada puisi “Api Suci” ini, Sutan Takdir Alisyahbana menuangkan nada yang penuh semangat, karena semangat telah ada kemudian lahirlah dorongan untuk mewujudkan harapannya Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca. adalah Hendaknya setiap manusia memiliki semangat yang besar untuk dapat bangkit dari sebuah keterpurukan dan jangan pernah henti untuk mencari inspirasi. Seperti kutipan /sesak mendesak rasa di kalbu/, /gelisah liar mata memandang/, /di mana duduk rasa di kejar Senang selalu dan mensyukuri apa yang terjadi walaupun waktu pahit sekalipun, semua itu tidak kekal dan hanya merupakan seni dari kehidupan. Seperti dalam kutipan /nyanyian semata bunyi jeritku/ Bentuk dan Struktur fisik puisiPerwajahan Puisi Tipografi Tipografi puisi Api Suci’ cukup sederhana, dengan penulisannya rata tengah. Sajak ini terdiri atas dua bait, dengan jumlah baris adalah 14, dengan masing-masing terdiri atas empat kata dengan 11 suku kata. Pada awal baris/kalimat, kata ditulis dengan hurut kapital, dan diakhiri tanda koma dan khusus baris terakhir pada bait diakhiri denga tanda titik. Dan memiliki berbagai macam bunyi vokal. Bunyi vokal dalam puisi Api Suci terdiri atas 76 vokal /a/, 23 vokal /i/, 16 vokal /u/, 24 vokal /e/, dan memiliki satu vokal /o/ dalam seluruh bunyi puisi. Diksi Diksi yang terdapat pada puisi “Api Suci” terdapat beberapa kata yang memakai konotasi, seperti Mengalun perlahan-lahan tidak meninggi tentang suara, nyanyian Membara berapi-api Nyala raya cahaya yang keluar dari api yang besar Terlebur telah luluh atau hancur mencair Bunyi jerit suara yang keras melengking manusia atau binatang atau teriakan. Imaji Imaji yang dipakai dalam puisi “Api Suci” ini adalah imaji auditif pendengaran, imaji visual pengelihatan dan imaji peraba seperti Imaji auditif /Nyanyian semata bunyi jeritku/ artinya si “aku” Senang selalu dan mensyukuri apa yang terjadi walaupun waktu pahit sekalipun, semua itu tidak kekal dan hanya merupakan seni dari kehidupan. Imaji visual /Seperti wajah merah membara/ artinya si “aku” bahwa pengarang sedang menggambarkan dirinya melalui wajahnya yang merah membara itu sebagai penanda rasa emosi yang memuncak yang berapi-api. /Gelisah liar mata memandang/ artinya si “aku” bahwa pengarang sedang menggambarkan dirinya melalui penglihatan yang liar karena gelisah itu sebagai penanda bahwa dirinya memiliki banyak pikiran akan cita-cita yang sedang diharapkannya sehingga pandangan matanya kabur bagaikan sedang melamun. /Dimana duduk rasa dikejar/ artinya si “aku” bahwa pengarang sedang menggambarkan dirinya sedang gelisah dalam lamunannya sehingga dimanapun dia berada seperti ada dorongan yang terus-menerus untuk bangkit dari kegelisahan hatinya. Imaji kinestetik/ peraba /Nikmat rasa api menghangus/ artinya si “aku” merasakan panasnya api yang digambarkan oleh penyair sebagai bentuk rasa semangat dalam menjalani kehidupan serta menyalakan semangatnya untuk memcapai keinginannya. Kata konkret Pada puisi “Api Suci” terdapat kata-kata konkret seperti Seperti /Wahai api bakarlah jiwaku/, /Biar mengaduh biar mengeluh/, /wajah merah membara/, /Dalam bakaran Nyala Raya/ maksudnya kata konkret diatas adalah memohon kepada sang pencipta wajahnya yang merah membara itu sebagai penanda rasa emosi yang memuncak yang berapi-api sehinnga terlihat cahaya yang api yang besar. Jadi wajah merah membara itu dilambangkan seperti api. Arti dari kalimat /wajah merah membara/, /Dalam bakaran Nyala Raya/ adalah Doa seorang hamba agar diberikan ketegaran jiwa, dan dalam doa itu ia ingin bangkit dalam keterpurukan hingga memiliki semangat. Bahasa figuratif majas Majas Hiperbola adalah makna bahasa yang berlebih-lebihan seperti pada kutipan /nikmat rasa api menghangus/ Majas repetisi adalah gaya bahasa yang mengungkapkan pengulangan kata, frasa atau klausa yang sama untuk mempertegas makna dari kalimat atau wacana. Dalam repetisi, pengulangan seluruh kata atau bentuk lain yang diulang memiliki arti kata yang sama. Seperti pada kutipan /selama nafas masih mengalun/, /Selama jantung masih memukul/ Majas metafora semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat seperti pada kutipan /Demikian rahmat tumpahkan selalu/ Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan untuk menyatakan perbandingan sehingga meningkatkan kesan dan pengaruh terhadap pembaca atau pendengar. Seperti pada kutipan / Seperti wajah merah membara/ Rima Rima pada puisi Api suci diatas menggunakan rima bebas karena sajak yang digunakan dalam puisi tidak termasuk dalam aturan persajakan. , seperti Selama nafas masih mengalun, Selama jantung masih memukul, Wahai api bakarlah jiwaku, Biar mengaduh, biar mengeluh. Seperti wajah merah membara Dalam bakaran Nyala Raya, Biar jiwa habis terlebur, Dalam kobaran Nyala Raya. Sesak mendesak rasa di kalbu, Gelisah liar mata memandang, Di mana duduk rasa dikejar. Demikian rahmat tumpahkan selalu, Nikmat rasa api menghangus, Nyanyian semata bunyi jeritku. Jadi, dalam satu bait tidak ada yang sama Sutan Takdir Alisyahbana masih memakai soneta yang tiap barisnya terdiri dari 14 baris, namun dalam baris perbait mempunyai kesamaan dalam bait yang berbeda. [1] Sumasno Hadi, Pemikiran Sutan Takdir Alisyahbana Tentang Nilai, Manusia, Dan Kebudayaan, diunduh pada tanggal 4 April 2020. [2] A. Teew, Sastra dan Ilmu Sastra Jakarta PT Dunia Pustaka Jaya, 1984 hlm. 135 [3] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 2002 hlm. 37
Teorisastra adalah studi sastra yang berhubungan dengan karya sastra yang konkret, sedang sejarah sastra adalah studi sastra yang membicarakan perkembangan saastra sejak lahirnya sampai perkembangannya yang terakhir ( pradopo, 1967: 9; Wellek, 1968: 255).Begitu jugalah sejarah sastra Indonesia.
Berikut 5 Puisi STA Sutan Takdir Alisyahbana yang bisa Sobat simak dan analisa kedalaman maknanya. Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam. Puisi Aku Dan Tuhanku Oleh Sutan Takdir Alisjahbana 1989 Aku dan Tuhanku Ilmu dan Budaya puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana. BERGUNDAH HATI Di atas tebing duduk seorang kelana. 1933 Penemuan Jodoh Pujangga. Di dalam puisi Perjuangan penulis menggunaan pengulangan bunyi untuk menambah nilai estetika. Sebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja. Rebut gelanggang lapang disinar terang. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama rima dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Aku berbisik dengan Tuhanku. Pilihan istilah dalam puisi Dalam Gelombag karya Sutan Takdir Alisjahbana St Takdir Alisyahbana sangat khasSelain tentu memiliki makna yg sangat dalam pilihan kata dalam puisi karya tokoh angkatan Pujangga Baru ini. Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang. Dan aku tahu sebelum aku Kau ciptakan. 25 Maret 2019 in Mantan Rindu dan Luka Puisi Norman Adi Satria 25 Maret 2019 in Norman Adi Satria Memahami Suara Puisi Norman. PUISI-PUISI SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA. AKU DAN TUHANKU SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA. Lain-lain Koleksi. Berikut teks puisi Aku Karya Chairil Anwar. 1977 Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Moderen kumpulan karangan tentang Bahasa Indonesia dari tahun 1957-1978 Jakarta. SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA lahir di Natal Tapanuli Selatan Sumatra Utara 11 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 17 Juli 1994 dalam usia 86 tahun. Biji matang menghambur dari batangnya. BUAH KARET Oleh. Ombak riak berkejar-kejaran di gelanggang biru di tepi langit. Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA tentang keyakinan masa depan dan keagungan Tuhan kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik. Di pembajaan Ruhr dan Nagasaki aku bangga melihat kesanggupan ummat berpikir mengatur dan berbuat. Aku merasa bajakMu menyayat Sedih seni mengiris kalbu. Tuhan pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini. Pada bait pertama dan kedua ada asonansi a dan u yaitu pada kata damai dan tuhanku serta sepi. Sutan Takdir Ali Sjahbana Sekali aku duduk dibawah pohon karet dan terkejut mendengar letusan nyaring diatas kepalaku. Tuhan Kau lahirkan aku tak pernah kuminta. 1 Mei 1989 hal 529. Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi. Setidaknya itulah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia UNY Wiyatmi. May 16 2012 by ramadjamal. Pada bait ketiga terdapat bunyi asonansi a pada tiga baris yaitu di kata perjuangan segera dan semesta. Terdengarkah itu olehmu wahai angkatan baru. Sastra Angkatan Pujangga Baru bentuk. Pedih pilu jiwa mengaduh Gemetar menggigil tulang seluruh. Ya aku tahu dimana-mana tumbuh menghendaki bebas dari ikatan. Pernah menjadi Redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka 1930-1933 kemudian mendirikan dan memimpin Majalah Pujangga Baru 1933-1942 dan 1948-1953 Pembina Bahasa Indonesia 1947-1952 dan Konfrontasi 1954-1962. Kumpulan Puisi Sutan Takdir Alisjahbana STA Sutan Takdir Alisjahbana STA lahir di Natal Sumatera Utara 11 Februari 1908. TENTANG SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA. Kalah dan Menang Karya Sutan Takdir Alisjahbana Sepenuhnya 2020-09-14T2229000700 50 stars based on 35 reviews Kalah dan Menang Tidak bagiku tidak ada kalah dan menang. Sebab kuputuskan bahwa kemenangan sudah pasti untukku saj. Berjuta tahun tak berhingga lamanya. Tak perlu sedu sedan itu. Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Bermutu Tinggi. Sabtu 15022014 - 1111 SIHALOHOLISTICK. Sebab sekali kami terbangun dari mimpi yang nikmat. Di runtuhan Harapa dan Pompeyi aku ziarah Dari menara Eifel dan Empire State Building aku tafkur memandang semut manusia. Sutan Takdir Alisjahbana. Sastra Angkatan Pujangga Baru bentuk. Putuskan hancurkan segala yang mengikat. Sutan Takdir Alisjahbana Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh STA tentang keyakinan masa depan dan keagungan Tuhan kata mengalir pasti dengan pola yang terencana apik. Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri. Tuhan Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu sebelum aku Kau ciptakan. Menuju ke Laut Sutan Takdir Alisjahbana Kami telah meninggalkan engkau Tasik yang tenang tiada beriak diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan. Dalam kembang bergirang rona. Dengan karakteristik khas pilihan istilah yg bersayap-sayap serta masih terpengaruh sang puisi usang puisi Dalam Gelombang karya Syahbana ini dapat dianalisis dan dipahami. Aku dan Tuhanku Tuhan Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu sebelum aku Kau ciptakan Berjuta tahun tak berhingga lamanya Engkau terus menerus mencipta berbagai ragam Tuhan pantaskah Engkau memberikan hidup sesingkat ini Dari berjuta-juta tahun kemahakayaan-Mu Setetes air dalam samudra tak bertepi. Puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama rima dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Baragam warna bahasa dan budaya manusia teman aku bersantap bercengkerma dan bercumbu lawan aku bertengkar dan berselisih. Beliau merupakan tokoh pembaharu sastrawan dan ahli tata Bahasa Indonesia. Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorangkan merayu Tidak juga kau. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang. Empat penulis Sutan Takdir Alisjahbana STA Yusuf Bilyarta Mangunwijaya Putu Wijaya dan Pramoedya Ananta Toer dianggap memiliki pandangan feminis. Puisi Seindah Ini Karya Sutan Takdir Alisjahbana Sepenuhnya Puisi Sutan Takdir Alisjahbana Aku Dan Tuhanku Kt Puisi Contoh Soal Isi Dan Tema Puisi Kumpulan Puisi Karya Sutan Takdir Alisjahbana Kt Puisi Terpana Pada Barat Sutan Takdir Pun Meninggalkan Kebudayaan Usang Tirto Id Kumpulan Contoh Puisi Sutan Takdir Alisyahbana Belajar Puisi Dan Pantun Pdf Citra Wanita Dalam Puisi Puisi Karya Chairil Anwar Suatu Kajian Struktural Semiotik Puisi Menuju Ke Laut Karya Sutan Takdir Alisjahbana Kt Puisi Resensi Puisi Perjuangan Sutan Takdir Alisjahbana Pewarta Nusantara Pembacaanpuisi Aku dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisyahbana dalam bentuk video. Video tersebut cocokpedia ambil dari youtube channel totemo yeppo. Pembacaan puisi tersebut diunggah pada 13 Mei 2020. Berikut puisi (poetry) Aku dan Tuhan teksnya secara lengkap. AKU DAN TUHANKU Karya Sutan Takdir Alisyahbana Tuhan, Kau lahirkan saya tak pernah 0% found this document useful 0 votes598 views5 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes598 views5 pagesPuisi Aku Dan Tuhanku Oleh Sutan Takdir AlisjahbanaJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. APAKAHMAKNANYA karya : Sutan Takdir Alisjahbana Ani, Aniku, di mana engkau? Mana suaramu, mana gelakmu? Ya Allah, ya Tuhanku, 'Langkah lekas 'Kau ambil, 'Kau renggutkan dari sisiku. Apakah dosa maka begini Merpati Putih di 07.30. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest. Label Islam Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes Beritadan foto terbaru Puisi Sutan Takdir Alisjahbana - Puisi Dalam Gelombang Sutan Takdir Alisjahbana Berita dan foto terbaru Puisi Sutan Takdir Alisjahbana - Puisi Dalam Gelombang Sutan Takdir Alisjahbana. Minggu, 8 Mei 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; TribunTravel.com; TribunWow.com; Aku dan Tuhanku Tuhan,Kaulahirkan aku, tak pernah kumintaDan aku tahu, sebelum aku KauciptakanBerjuta tahun, tak berhingga lamanya,Engkau terus-menerus mencipta berbagai pemusnah mahaperkasa,Apa yang Kauciptakan, penuh kasih-sayang,Engkau hancur-remukkan, Engkau musnahkan,Pasti, tiada sangsi, keras dan aku tahu, suatu saat tertentu,Engkau sendiri menetapkan waktu dan tempatnya,Akupun akan Kaulenyapkan kembali, tentu dan pasti,Tak pernah akan kutahu alasan dan sesudah aku kembali dalam ketiadaan,Engkau terus-menerus dengan permainanMuBerjuta-juta tahun lagi, abadiTenang mantap, seolah aku tak pernah Engkau terus bermain, tak hentinya,Berbuat menghancurkan dan mencipta memusnahkan kembali,Terus-menerus memulai dan mengakhiri,Tak bosan-bosannya dalam kekekalan kekuasaanMu Engkau sungguh sewenang-wenang,Menjalankan siasat dan muslihatMu,Yang hanya Kau sendiri tahu hanya dapat berkhayal dan menduga-duga,Untuk akhirnya hanya menyerah, tiada Engkau memberiku hidup sesingkat ini,Dan berjuta-juta tahun kemahakayaanMu?Setetes air dalam samudra tak bertepi!Alangkah kikirnya Engkau dengan kemahakayaanMu!Tetapi Tuhan,Kepadaku Engkau anugerahkan hikmat,Tiada ternilai seuntai mutiara hidupku,Pertama hayat-jasad, senantiasa gelisah,Terus bertunas, berkembang dan siapkan pula aku dengan mukjizatHati perasa, tulus dalam menerima segala,Riang gelak tertawa bila bersukariaPilu sedih menangis bila malang dengan makhluk sesama,Kawan senasib terdampar di berjuang sepenuh hati dalam berjuang,Merah marak bernyala dalam Tuhanku,Dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam!Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan,Terus-menerus limpah-ruah Engkau curahkan,Meski kuinsaf kekecilan dan kedaifankuDi bawah kemahakuasaanMu dalam kemahaluasan lengkapi juga aku dengan kecerdasan akal,Yang memungkinkan aku berpikir dan memahamiKebebasan dan keserbaragaman ciptaanMu,Seluk-beluk rahasia permainan Engkau tenaga imaginasi Engkau limpahkan,Aku dapat mengikuti dan meniru permainanMuGirang berkhayal dan mencipta pelbagai ragam,Terpesona sendiri menikmati keindahan Kauturunkan aku seperti diriMuGelisah tak jemu-jemu berbuat dan berkarya,Terus tumbuh bertunas dan berkembang meluaskan diriHendak menyamaiMu dalam keaktifan dan di atas dan di atas segala atas,Kauberi aku mukjizat di atas segala mukjizatKebebasan mengamati, menilai dan memutuskan,Dengan iktikat, tanggung jawab dan dambaan arti dan martabat kepada sececah hidup,Dalam kemurahan hatiMu aku Engkau rahmati,Sehingga dapatlah aku mengetahui alam sekitarDan seperti Engkau berbuat dan mencipta mengubah segala,Sehingga sanggup pula berkarya mencipta penaka DikauDalam kebebasan ke segala arah Engkau curahkan,Aku dapat kemasukkan keangkaraan dan KeserakahanDan dengan buta nekat menolak pemberianMu,Karena kuanggap terlampau kecil dan tak berarti,Tak sepadan kemahabesaran dan bedil, setusuk keris, setetes racun,Telah cukup bagiku untuk lenyap kembaliKe dalam ketiadaan tempatku semula berasal,Sehingga dapatlah Engkau, Tuhan mahaperkasa,Meneruskan permainanMu, tak usah kusertaiTetapi betulkah hanya itu kemungkinan,Yang dapat kupilih dan kulakukanDengan kepekaan hati dan kecerdasan akalku,Serta kelincahan angan mengkhayal dan mencipta?Tidak, tidak ya Allah ya Rabbi,Dalam nikmat rahmat kebebasan,Yang dengan murah hati Engkau curahkan,Dapatlah aku dengan tulus dan bertanggung jawabMenilai dan memutuskan sendiri martabat dari angkara murka mengingkariMu,Akupun dapat dengan tegas, tak ragu-raguGirang dan gembira menjunjung anugerahMu,Memanfaatkan segala kesempatan selama hidupku,Meski bagaimana sekalipun singkatnya terbukalah bagiku kesempurnaan cahayaMu,Cahaya dan segala cahaya,Melingkupi segala cahaya di bumi dan langit,Memenuhi segala yang tercipta dan dapatlah aku menyaksikan dan memahami,Malahan mengagumi dan menikmati keragaman ciptaanMu,Permainan dahsyat dan gaib penuh rahasia,Yang Engkau mainkan terus-menerus, abadi,Dalam kekudusan dan keagungan sinar Tuhan,Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahayaMu,Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasihMu,Aku akan memakai kesanggupan dan kemungkinan,Sebanyak dan seluas itu Kaulimpahkan kepadaku,Jauh mengatasi makhluk lain khalifah yang penuh menerima sinar cahayaMuDalam kemahaluasan kerajaanMu, tak adalah pilihanDari bersyukur dan bahagia bekerja mencipta,Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa,Tidak tanggung, tidak akan tegas dan bulat iktikad,Positif mantap, selalu gairah membangun,Gembira dalam setiap melangkah dan bertindak,Meskipun jatuh terhempas dalam usaha dan damba,Aku akan ikut serta dalam kedahsyatan permainanMu,Senantiasa dengan kecerahan optimisme mengejar cita,Bersolidaritas dengan segala sesama makhluk,Mendambakan kerukunan dan kesejahteraan hidup Allah ya Rabbi,Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkanDalam kebesaran dan kedalaman kasihMu,Akan kukembangkan semarak semekar-mekarnyaSampai saat terakhir nafasku Engkau memanggilku kembali kehadiratMu,Ke dalam kegaiban rahasia keabadianMu,Dimana aku menyerah tulus sepenuh hatiKepada keagungan kekudusanMu cahaya segala cahaya. Toya Bungkah, 24 April 1989Sumber Horison Juni, 1989Puisi Aku dan TuhankuKarya Sutan Takdir AlisjahbanaBiodata Sutan Takdir AlisjahbanaSutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Home Podcast; _Spotify; _Youtube; Buku; contact Analisispuisi Sutan Takdir Alisjahbana "Sesudah Dibajak" SESUDAH DIBAJAK Aku merasa bajakMu menyayat, Sedih seni mengiris kalbu, Pedih Pilu Jiwa mengaduh, Gemetar mengigil tulang seluruh. Dalam duka semesra ini, Beta papa, apalah daya? Keluh hilang di sawang lapang, Aduh tenggelam dibisik angin. Ya Allah, ya Rabbi, Hancurkan, remukkan sesuka hati, 1Sutan Takdir Alisjahbana. Amir Hamzah, Penyair Besar antara Dua Zaman dan Uraian Nyanyi Sunyi. (Jakarta: Dian Rakyat. 1979). yaitu aku dan dikau. Jika memahami puisi ini dalam konteks percintaan antara sepasang kekasih yaitu seorang lelaki dan perempuan. Dalam sujudnya selalu iya haturkan kepada Tuhan dengan penuh kecintaan, lebih fsyC.
  • 17srrlp7mn.pages.dev/509
  • 17srrlp7mn.pages.dev/814
  • 17srrlp7mn.pages.dev/496
  • 17srrlp7mn.pages.dev/145
  • 17srrlp7mn.pages.dev/641
  • 17srrlp7mn.pages.dev/998
  • 17srrlp7mn.pages.dev/569
  • 17srrlp7mn.pages.dev/753
  • 17srrlp7mn.pages.dev/295
  • 17srrlp7mn.pages.dev/361
  • 17srrlp7mn.pages.dev/638
  • 17srrlp7mn.pages.dev/752
  • 17srrlp7mn.pages.dev/706
  • 17srrlp7mn.pages.dev/597
  • 17srrlp7mn.pages.dev/237
  • makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana